Langsung ke konten

BANTUAN UNTUK KELUARGA

Saat Berbeda Pendapat

Saat Berbeda Pendapat

 Dalam perkawinan, pasti ada perbedaan antara suami dan istri, misalnya dalam soal hobi, kebiasaan, dan kepribadian. Kadang, perbedaan seperti itu saja bisa sulit diatasi, apalagi hal-hal sensitif seperti:

  •   Seberapa sering berkumpul bersama keluarga besar

  •   Cara mengatur uang

  •   Mau punya anak atau tidak

 Apa yang bisa Anda lakukan jika Anda dan pasangan Anda berbeda pendapat?

 Yang perlu Anda ketahui

 Serasi tidak berarti sama persis. Pasangan suami istri yang paling serasi sekalipun tidak selalu punya pendapat yang sama, bahkan dalam hal-hal yang penting.

 ”Keluarga saya suka kumpul-kumpul. Kalau Sabtu Minggu, kami biasanya kumpul dengan opa, oma, om, tante, dan sepupu-sepupu saya. Tapi, keluarga suami saya jarang berkumpul. Jadi, saya dan Suami beda pendapat soal seberapa sering kami harus kumpul-kumpul bersama keluarga atau berkomunikasi dengan keluarga yang tinggal jauh dari kami.”​—Tamara.

 ”Karena cara saya dan Istri dibesarkan tidak sama, cara kami mengatur uang juga berbeda. Waktu baru menikah, kami beberapa kali ribut soal itu. Dan, masalah itu tidak langsung selesai padahal kami sudah membicarakannya beberapa kali.”​—Tyler.

Dua orang bisa saja berada di lokasi yang sama, tapi mereka memperhatikan hal yang berbeda. Begitu juga, pasangan suami istri bisa punya pendapat yang berbeda tentang suatu hal

 Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Misalnya, bagaimana jika mertua Anda tiba-tiba sakit dan perlu dirawat? Atau, bagaimana jika pasangan Anda ingin punya anak, sedangkan Anda tidak ingin? a

 ”Saya dan Istri sudah sering bicara panjang lebar tentang punya anak atau tidak. Tapi lama-kelamaan, dia makin ingin punya anak. Kami semakin berbeda pendapat dalam hal ini. Saya bingung apa jalan tengahnya.”​—Alex.

 Beda pendapat tidak berarti perkawinan Anda gagal. Menurut beberapa ahli, kalau Anda dan pasangan Anda berbeda pendapat dalam masalah yang penting, Anda harus mati-matian mempertahankan keinginan Anda, meski itu bisa jadi Anda harus mengakhiri perkawinan Anda. Tapi, ”jalan keluar” seperti itu sebenarnya egois. Itu juga menunjukkan bahwa Anda meremehkan janji pernikahan Anda di hadapan Allah untuk setia kepada pasangan Anda dalam suka dan duka.

 Yang bisa Anda lakukan

 Bertekadlah untuk tetap setia pada janji pernikahan Anda. Kalau Anda punya tekad seperti itu, Anda bisa bekerja sama sebagai satu tim dengan pasangan Anda untuk mengatasi perbedaan pendapat.

 Prinsip Alkitab: ”Apa yang telah disatukan Allah tidak boleh dipisahkan manusia.”​—Matius 19:6.

 Pikirkan untung ruginya. Misalnya, sang istri ingin punya anak, tapi sang suami tidak ingin. Ada beberapa hal yang bisa dipikirkan, seperti:

  •   Seberapa kuat perkawinan Anda.

     Sanggupkah kalian sebagai suami istri menanggung stres yang timbul karena membesarkan anak?

  •   Tanggung jawab sebagai orang tua.

     Menjadi orang tua tidak sekadar menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

  •   Keuangan Anda.

     Apakah Anda bisa membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab lainnya?

 Prinsip Alkitab: ”Kalau di antara kalian ada yang mau membangun menara, tentu dia akan duduk dulu dan menghitung biayanya.”​—Lukas 14:28.

 Pikirkan apa saja yang menyebabkan Anda berbeda pendapat. Setelah memikirkannya, ada beberapa hal yang mungkin bisa kalian sepakati. Misalnya, jika Anda dan pasangan belum sepakat soal punya anak atau tidak, teman hidup yang tidak ingin punya anak bisa memikirkan:

  •   ’Waktu saya bilang saya tidak mau punya anak, apakah maksudnya saya sama sekali tidak mau punya anak atau hanya tidak siap saat ini?’

  •   ’Apakah saya khawatir kalau-kalau saya tidak bisa menjadi orang tua yang baik?’

  •   ’Apakah saya khawatir kalau kami punya anak, pasangan saya jadi kurang perhatian kepada saya?’

 Sebaliknya, teman hidup yang ingin punya anak bisa memikirkan:

  •   ’Apakah kami sudah siap menjadi orang tua?’

  •   ’Apakah kami punya cukup biaya untuk membesarkan anak?’

 Prinsip Alkitab: ’Hikmat dari atas membuat seseorang bersikap masuk akal.’​—Yakobus 3:17.

 Cari hal positif dari pendapat teman hidup Anda. Dua orang bisa saja berada di lokasi yang sama, tapi mereka memperhatikan hal yang berbeda. Begitu juga, pasangan suami istri bisa punya pendapat yang berbeda tentang suatu hal, misalnya tentang cara mengatur uang. Jadi, saat membahas perbedaan pendapat seperti itu, mulailah dengan mencari persamaan yang kalian miliki.

  •   Rencana masa depan apa yang kalian sepakati bersama?

  •   Apa hal positif dari pendapat teman hidup Anda?

  •   Demi perkawinan Anda, bisakah salah satu atau kalian berdua sama-sama mengalah supaya bisa sepakat?

 Prinsip Alkitab: ”Setiap orang harus memikirkan kepentingan orang lain, bukan kepentingannya sendiri.”​—1 Korintus 10:24.

a Hal-hal penting seharusnya sudah dibahas sebelum menikah. Tapi setelah menikah, ada keadaan tidak terduga yang bisa terjadi, atau pandangan teman hidup Anda bisa berubah.​—Pengkhotbah 9:11.